ads responsive post
Salah satu produk LCGC, Daihatsu Sigra. |
Jakarta - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai produk Low Cost Green Car (LCGC) masih diminati masyarakat kendati diakui penjualannya tengah merosot.
Mengutip data Gaikindo pada periode Januari-September 2019, total penjualan LCGC mencapai 156.642 unit atau menyumbang 20,8 persen dari total penjualan otomotif nasional. Hasil itu mengecil jika dibandingkan periode sama pada tahun lalu sebanyak 168.756 unit.
Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto mengatakan pesona LCGC belum sepenuhnya memudar. Produk LCGC seperti Daihatsu Sigra, Toyota Agya, dan Honda Biro Satya disebut masih menjadi alternatif konsumen yang menginginkan membeli mobil di bawah Rp200 juta.
"LCGC itu ada pasarnya, kalau tidak ya enggak dapat penjualan 20 persen [pangsa pasar penjualan mobil]," kata Jongkie ketika dihubungi Kamis (31/10).
Menurut Jongkie, dihitung dari pendapatan rata-rata Indonesia saat ini, mobil jenis apapun asalkan di bawah Rp200 juta pasti laris di pasaran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode 2018 yang dirilis 2019, rata-rata pendapatan per kapita Indonesia mencapai Rp56 juta per tahun. Itu berarti sekitar Rp4,6 juta per bulan.
"[Segmen mobil] yang paling besar pangsa pasarnya itu di bawah harga tersebut. Soal bentuk mana atau city car, MPV, atau LCGC ya tidak penting. Jadi 50 persen jualan, mobilnya di bawah Rp200 juta," kata Jongkie.
Jongkie menekankan jika penjualan LCGC turun, hal tersebut karena daya beli masyarakat yang sedang lemah. Sebab ia melihat segmen mobil lain juga ikut menyusut.
Jongkie menambahkan kehadiran produk China yang dikenal 'murah meriah' dan loyal fitur tidak berkaitan dengan goyangnya penjualan LCGC.
"Dari jualan saja mobil China itu paling 2.000 unit sebulan, setahun berapa. Ini LCGC totalnya bisa 200 ribu unit setahun. Terus harga, LCGC banyak di bawah Rp150 juta, kalau mobil China paling murah berapa coba," kata Jongkie.
Sumber: CNN Indonesia